WTID : Kesetaraan Gender Dapat Mengakselerasi Pertumbuhan Industri Pariwisata

By KertasOnline 08 Apr 2023, 20:15:59 WIB Metropolis
WTID : Kesetaraan Gender Dapat Mengakselerasi Pertumbuhan Industri Pariwisata

KERTASONLINE.COM - Advokasi Gender dan Pariwisata di Women and Tourism Indonesia (WTID), Meira Fenderissa membahas soal kesetaraan gender di industri pariwisata dalam siaran SEA News Today pada Kamis, 6 April 2023.


Menurutnya, partisipasi perempuan itu sangat penting. Karena pariwisata merupakan industri multi-sektor yang melibatkan banyak aspek baik untuk sebab dan akibat, seperti melibatkan aspek lingkungan, aspek ekonomi dan sosial. Ketika pariwisata tumbuh secara optimal, otomatis ketiga aspek besar ini turut menerima dampak yang positif.

Baca Lainnya :


Data The World Tourism Organization (UNTWO) pada 2019 menunjukkan bahwa 54% pekerja industri pariwisata adalah perempuan. Sayangnya, mereka harus menghadapi ketidaksetaraan dalam profesi yang mereka geluti. Salah satu contohnya yaitu mendapatkan upah 14,7% lebih sedikit dari pekerja laki-laki. Riset lainnya menegaskan bahwa 40% pekerja pariwisata pernah mendapat kekerasan seksual baik di level manajerial maupun non-manajerial.


Meira juga mengatakan, "Untuk mengakselerasi pertumbuhan pariwisata yang optimal, kita perlu memastikan bahwa terdapat kesetaraan di dalamnya. Termasuk kesetaraan pembagian tanggung jawab dan kekuasaan secara gender; baik perempuan dan laki-laki."


Dalam industri pariwisata, lanjutnya, perempuan masih sulit mengakses level kepemimpinan atau level managerial. Sehingga perempuan jarang terlibat dalam pengambilan keputusan penting baik dalam pengaturan ataupun dalam pengambilan keputusan untuk kebijakan penting. Oleh karenanya, suara atau pandangan-pandangan perempuan tidak tersampaikan dan dengan ini kita semua kehilangan keuntungan yang sangat besar ketika perempuan tidak terlibat, seperti banyak inovasi yang timpang dan tidak inklusif di industri pariwisata.


Tidak adanya pengarusutamaan gender atau inovasi yang tidak berbasis dengan kebutuhan gender. Misalnya, di sebuah destinasi pariwisata, perempuan membutuhkan nursery room atau ruang menyusui. Tapi karena ada point of view yang missing dari pihak perempuan karena absennya partisipasi mereka dalam pengambilan atau pembuatan keputusan, inovasi tersebut tidak terealisasi sehingga pariwisata yang ramah bagi semua gender belum terwujudkan karena masih ada hal-hal fundamental dalam kebijakan maupun penyediaan fasilitas dan pelayanan di pariwisata yang belum terpenuhi.


Contoh lain dari inovasi yang timpang, salah satu gap yang sering muncul di industri pariwisata adalah terdapat banyaknya kekerasan seksual yang terjadi di industri pariwisata kepada perempuan. "Nah, ini mengindikasikan bahwa kebijakan perlindungan termasuk perundang-undangan, regulasi penanganan kekerasan seksual di industri pariwisata masih timpang," ungkapnya.


Terakhir, untuk mencapai kesetaraan gender itu butuh beberapa dekade lagi, alias masih panjang perjalanannya. Berdasarkan riset UN Women hingga hari ini belum ada negara yang mencapai kesetaraan gender. Namun, kita bisa berkaca kepada negara-negara tetangga yang sudah mulai memperhatikan keselamatan perempuan di Industri Pariwisata. Sebagai contoh, Thailand yang mengimplementasikan berbagai macam inisiasi untuk memastikan keselamatan perempuan dan anak di industri pariwisata, seperti pendirian biro perlindungan anak dan perempuan di Biro Kepolisian Pariwisata.


Penulis : Raihan Khalidah





Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment