- Dosen dan Mahasiswa Terjebak di Lift Saat Mati Lampu, Begini Kronologinya
- Yudisium Fakultas Teknik Angkat Tema Pemikiran dan Kesadaran Menyonsong Era Society 5.0
- Teliti Strategi Manajemen Risiko Terkait Konflik Pembebasan Lahan, Tim PKM Unifa Didanai Kemendikbud
- Unifa Resmi Sambut 119 Mahasiswa Inbound PMM Batch 3
- Refleksi Bersama Mahasiswa PMM Kelas Ewako
- Unifa Resmi Membuka Prodi Informatika Setelah 3 Tahun Diwacanakan
- Dua Kali Gagal Seleksi Beasiswa Tidak Menyerah, Alumni Prodi HI Lulus BU Kemendikbud Ristek 2023
- Setelah Penutupan PKKMB, Unifa Adakan Expo Lembaga Kemahasiswaan
- Sambut 453 Mahasiswa Baru, Unifa Gelar PKKMB 2023 dengan Tema Biondigipreneur
- Gelar Pameran Fotografi, PFI Sajikan Kisah Pagebluk di Akar Rumput
Rintangan Mahasiswa Baru
Rintangan Mahasiswa Baru
Setiap ajaran baru di Kampus, kita kedatangan kawan baru yang akrab dengan julukan Mahasiswa Baru (Maba). Mereka datang dari berbagai kota maupun daerah yang ada di Indonesia untuk melanjutkan studi, dengan pencapaian akhir mendapatkan kertas bertuliskan lulus dan ditambah juga singkatan gelar di belakang nama lengkap.
Tapi sebelum mereka mencapai tujuan akhirnya, kawan maba harus mampu beradaptasi dengan lingkugan internal jurusan dan di luar jurusannya, atau mengikuti organisasi jurusan agar tidak di kucilkan, tujuan mengikuti organisasi memang ada manfaatnya.
Segi posistif yang dituliskan di atas mempunyai segi negatifnya juga. Sepertinya kita juga sering melihat langsung atau mendengarkan dari perkataan orang-orang yang terlibat langsung atau pun yang tidak terlibat di dalam organisasi yang ingin mencari jati diri dan pengakuan dari maba, orang-orang yang seperti ini yang melenceng ke luar dari zona memanusiakan manusia.
Sebagai contoh para senior memberi arahan atau suruan terhadap maba, seperti menggerakan tubuh seseorang tanpa kemauannya, juga memberi hukuman ke maba dengan alasan yang tidak jelas entah siapa yang salah atau apa yang salah dari maba yang bersangkutan, tak jarang dari mereka juga mendapatkan perkataan-perkataan, rasis, cacian dan lain-lainnya yang tidak pantas untuk diri mereka.
Sebagai maba polos bagai kepala botak licin, mereka mau-mau saja mendegarkan perkataan atau mengikuti telunjuk orang-orang yang katanyan memijakan kakinya duluan di Kampus, sepertinya kaka-kaka itu cuma berbeda beberapa tahun dengan mabanya, mungkin ada yang seumuran atau yang lebih tua dari seniornya entah lahh.
Kaka-kaka yang menjalankan perkuliahan satu tahun atau lebih, mereka sudah bisa dikatakan "dewa" Karena mempunyai jari telunjuk yang memiliki kekuatan yang tidak bisa ditangkis oleh maba, mungkin kalau maba tidak mengikutinya mereka bisa kena hukuman, jadi mereka mengikuti saja demi mencari aman untuk dirinya.
Tidak sampai di situ saja mereka juga memiliki pasal yang ngaur sepertinya sudah melekat dan mendarah daging di dirinya, penerapan pasal itu selalu terjadi, yang jadi sasarannya yaitu maba.
Contoh Isi dan Bunyi pasalnya yaitu:
Pasal-pasal senior
1. Senior tak pernah salah.
2. Senior selalu benar.
3. Jika senior salah, kembali pasal pertama.
Jika kita pahami ketiga isi pasal di atas sangat mudah untuk dipahami dan tidak butuh waktu yang lama untuk mengkaji isinya, benang merah dari ketiga pasal di atas yaitu "pasal 1: senior tidak pernah salah" dan kebalikannya junior yang selalu salah.
Rupanya pasal ngaur di atas sudah lama dipakai oleh kaka-kaka yang ada di kampus dan sangat berguna bagi pertahanan diri mereka ketika ada kawan maba yang melawan perkataan atau argumen mereka.