- Dosen dan Mahasiswa Terjebak di Lift Saat Mati Lampu, Begini Kronologinya
- Yudisium Fakultas Teknik Angkat Tema Pemikiran dan Kesadaran Menyonsong Era Society 5.0
- Teliti Strategi Manajemen Risiko Terkait Konflik Pembebasan Lahan, Tim PKM Unifa Didanai Kemendikbud
- Unifa Resmi Sambut 119 Mahasiswa Inbound PMM Batch 3
- Refleksi Bersama Mahasiswa PMM Kelas Ewako
- Unifa Resmi Membuka Prodi Informatika Setelah 3 Tahun Diwacanakan
- Dua Kali Gagal Seleksi Beasiswa Tidak Menyerah, Alumni Prodi HI Lulus BU Kemendikbud Ristek 2023
- Setelah Penutupan PKKMB, Unifa Adakan Expo Lembaga Kemahasiswaan
- Sambut 453 Mahasiswa Baru, Unifa Gelar PKKMB 2023 dengan Tema Biondigipreneur
- Gelar Pameran Fotografi, PFI Sajikan Kisah Pagebluk di Akar Rumput
Melacak Jejak dan Keunikan Musik Barutung
Melacak Jejak dan Keunikan Musik Barutung
KERTASONLINE.COM ---Sejarah panjang Kabupaten Enrekang atau biasa dikenal dengan sebutan Massenrempulu tidak lepas dari peninggalan sejarah, baik mengenai adat, tradisi maupun budayanya, salah satu contohnya adalah Musik Barutung.
Alat musik tradisional tersebut berbahan bambu, dengan ditumbukkan ke tanah saat dimainkan. Musik barutung sendiri berasal dari Desa Parombean, Curio, yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Enrekang, yang masih terjaga hingga sekarang meskipun sudah jarang ditemukan di hari-hari biasa.
Baca Lainnya :
- Himahi Unifa Bangun Kesadaran Bahaya Konflik Melalui Diplomat Night0
- Lama Terbengkalai, Gedung Teater Unifa Akhirnya Direnovasi0
- Soal Perusakan Taman, ALARM Tuntut Copot Kepala BPCB Sulsel0
- Pembayaran KKN-E Selalu Meningkat, Begini Kata DR II0
- Plafon Studio Arsitektur Roboh, Akibatkan Kegiatan Mahasiswa Terkendala0
Seorang pemuda yang mengerti terkait sejarah Massenrempulu, Andi Paliu Suloi (26), saat ditemui di kediamannya, ia mengatakan, asal mula penemuan alat musik tradisional itu berasal dari ketidaksengajaan warga setempat, di mana pada saat antre, sembari menunggu giliran untuk mengambil air di sumur mereka menumbuk-numbukkan bambu tempat air tersebut ke tanah.
“Alat Musik Barutung didapat secara tidak sengaja karena pada saat mengambil air di sumur orang-orang membawa bambu untuk diisi air. Untuk menunggu giliran, sama-sama menumbuk-numbukkan bambunya kemudian di situ lambat laun ada irama makanya sampai sekarang disempurnakan jadi musik barutung,” ujarnya.
Lebih lanjut, pria lulusan Universitas Hasanuddin itu menjelaskan, Musik Barutung juga dijadikan ritual khusus seperti penangkal bencana (Tolak Bala), dikarenakan orang-orang terdahulu sangat erat hubungannya dengan alam, yang kemudian membuat mereka percaya bahwa dengan menumbuk-numbukkan bambu ke tanah dapat menjauhkan bencana seperti hujan deras yang disertai angin kencang.
“Musik Barutung juga ada yang ditarik dari ritual-ritual tertentu contohnya mattola abala, kalau orang dulu persahabatan dirinya dengan alam itu masih erat, kalau dimaknai itu Insyaallah kalau yakin dangan catatan hubungan antar diri dengan alam harus selaras, meskipun itu hanyalah kepercayaan orang dahulu,” tuturnya
Musik Barutung biasanya dimainkan pada saat, penyambutan, ritual adat, festival budaya, dan acara-acara besar lainnya.(*)