- Dosen dan Mahasiswa Terjebak di Lift Saat Mati Lampu, Begini Kronologinya
- Yudisium Fakultas Teknik Angkat Tema Pemikiran dan Kesadaran Menyonsong Era Society 5.0
- Teliti Strategi Manajemen Risiko Terkait Konflik Pembebasan Lahan, Tim PKM Unifa Didanai Kemendikbud
- Unifa Resmi Sambut 119 Mahasiswa Inbound PMM Batch 3
- Refleksi Bersama Mahasiswa PMM Kelas Ewako
- Unifa Resmi Membuka Prodi Informatika Setelah 3 Tahun Diwacanakan
- Dua Kali Gagal Seleksi Beasiswa Tidak Menyerah, Alumni Prodi HI Lulus BU Kemendikbud Ristek 2023
- Setelah Penutupan PKKMB, Unifa Adakan Expo Lembaga Kemahasiswaan
- Sambut 453 Mahasiswa Baru, Unifa Gelar PKKMB 2023 dengan Tema Biondigipreneur
- Gelar Pameran Fotografi, PFI Sajikan Kisah Pagebluk di Akar Rumput
Kritik Atas Tradisi Kolot Budaya Mahasiswa Dan Liberalisasi Pendidikan Sebagai Dalangnya
1.jpg)
Keterangan Gambar : Ilustrasi gambar: pinterest not magazine.07
Penulis : Eiz (kontributor)
Universitas/kampus adalah sebuah lembaga pendidikan tinggi, didalamnya terdapat berbagai macam mahasiswa dengan latar belakang budaya dan tradisi yang beragam di semua pelosok Indonesia, Sedangkan mahasiswa adalah pelajar tertinggi yang berintegritas dan berintelektual, mahasiswa membayar upah kepada pihak kampus agar bisa memenuhi syarat untuk dapat mengikuti semester berjalan dan mengakomodir kewajibannya untuk menerima ilmu pengetahuan lewat proses belajar mengajar.
Baca Lainnya :
- KOICA, PMI Dan UNIFA Berkolaborasi Selenggarakan Pelatihan Duta Kemanusiaan0
- Bentrok Mahasiswa di Unifa, Kampus Liburkan Perkuliahan0
- Turun Kejalan, Aliansi Perti Fajar Layangkan Delapan Tuntutan Kepada Pihak Kampus0
- Keberadaan Test Center CPA di Unifa Yang Masih Kurang Diketahui Khalayak6
- Menyoal Satgas PPKS, Rektor Unifa: Akan Dibicarakan Pada Rapat Senat Mendatang0
Kampus dulunya adalah tempat ternyaman bagi mahasiswa, karena kampus adalah lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat banyak ilmu dan pengetahuan, ilmu dan pengetahuan itu bertebaran di setiap tongkrongan, ilmu dan pengetahuan itu bertebaran di setiap perkumpulan, terdapat forum-forum diskusi ilmiah yang hidup dan membahas tentang berbagai macam ilmu dan pengetahuan serta berbagai macam disiplin ilmu lainnya, terdapat banyak mahasiswa yang haus akan ilmu dan pengetahuan, terdapat banyak kawan, teman dan sahabat yang selalu senyum sapa ramah bagi sesama dan saling tolong menolong serta saling suport untuk terus berkembang, terdapat banyak mahasiswa yang bebas bergaya dengan memakai pakaian apapun tanpa dicelah ataupun di sangsi, terdapat banyak ide-ide yang cemerlang yang lahir dari setiap lapak baca yang telah di sediakan oleh organisasi, tidak ada yang seksis, diskriminasi, intimidasi, militerisasi, senioritas, intervensi sok kepahlawanan antara sesama mahasiswa serta status sosial yang tinggi. Dan kampus dulunya adalah tempat makan tidur dan segalanya bagi mahasiswa.
Rupanya dunia kampus saat ini tidak seromantis dan se-eksis seperti dulu.
Setelah beberapa dekade belakangan dunia dikejutkan dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat dengan berbagai macam inovasi baru yang ditawarkan oleh kapitalis sebagai media agar semua hal bisa serba instan lewat perkembangan industri. terlepas dari itu, beberapa tahun terakhir ini sebuah WABAH/penyakit besar yang mengejutkan dunia karena sangat mematikan.
Setelah itu lahirlah beberapa generasi baru yang sombong, arogan dan fanatik dengan semua tradisi dan budaya yang ia yakini turun temurun sebagai ideologi atas dirinya dan menyepelekan yang lain tanpa memandang bulu, mengatasnamakan kemanusiaan untuk memangsa dan mengintimidasi yang lain dan menggunakan senioritas untuk menindas junior baru dengan alasan inilah budaya yang turun temurun tanpa menimbang perkembangan ekonomi politik dan antropologi sosial kehidupan kemahasiswaan di era ini.
Alih-alih ingin menjadi senioritas dengan berbagai ilmu pengetahuan yang telah didapatkan, rupanya mereka tidak menyadari bahwa mereka bukanlah orang yang berkembang sesuai dengan perkembangan. tetapi semua itu didapatkan dengan instan dan praktis sehingga tidak ada perkembangan, parahnya mereka hanya mengapung sebagai tongkat estafet yang tidak berkerak mengikuti putaran waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman ini. "Mungkin karena tidak pernah membaca atau mungkin tidak tau membaca jadi hanya mau bekerja tanpa memikir dan bereksistensi tanpa berpengetahuan,".
Tradisi dan budaya mahasiswa saat ini sangatlah miris tetapi anehnya diteruskan sebagai suatu tradisi dan budaya baru bagi generasi berikut yang baru mau menempuh dunia pendidikannya di perguruan tinggi.
Kegiatan mahasiswa bukan lagi mengajarkan tentang pendidikan yang layak seperti semestinya yaitu belajar mengajar untuk mandiri, kritis, ekologi, demokratik,berintegritas dll, namun, malah mengalami kemunduran sehingga layaknya seperti sekumpulan organisasi mahasiswa yang arogan, fanatik, liberal dan hanya sebagai sebuah kelompok organisasi yang mengejar profit untuk mencapai yang mereka inginkan yakni; (laporan pertanggung jawaban). Lewat pencarian dana seperti pedagang kaki lima yang amatiran tanpa mengetahui apa tujuan yang ingin di capai. Tidak peduli dari kegiatan itu dapat menjadi pelajaran untuk berkembang ataupun tidak!!! Pada intinya apapun kegiatannya harus memenuhi persyaratan administrasi tertentu agar terselamatkan di kongres nanti. " Apakah mereka lupa bahwa mereka sedang memikul beban mahasiswa pada dirinya, Sehingga tidak paham tentang apa sebenarnya identitas mahasiswa. Atau apa itu keorganisasian, Jangan sampai mereka hanya ingin bekerja seperti buruh yang ada di pabrik atau pebisnis yang baru mau memulai bisnisnya,".
Saya kira organisasi profit ialah organisasi yang hanya mengejar laba/upah sebagai tujuan utama. Tetapi mengapa praktek keorganisasian non-profit sekarang malah mendoktrin mahasiswa untuk terus menjual atau mencari dana layaknya seperti pedagang kaki lima amatiran, bahkan memaksa mengintimidasi menggunakan kekuatan senioritas yang mereka tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan sebagai seorang senior di dunia pendidikan dalam perguruan tinggi.
Situasi kampus saat bagaikan pasar modern yang tempatnya berada di gedung hotel. Di dalamnya terdapat mahasiswa yang aneh-aneh, ada yang berperan menjadi pedagang kaki lima amatiran, ada yang jadi boss, ada yang sok jadi penegak hukum, ada yang seksis dan hanya memantau setiap perempuan yang lewat untuk di ganggu, ada yang sok jadi preman, ada yang sok jadi orang kaya, ada yang jadi orang yang tidak tau mau kemana sehingga mondar-mandir tidak jelas bagaikan pengawas proyek yang menarik boplang untuk mengukur berapa besar pondasi yang mau dikerjakan, ada juga yang sok menjadi aktivis, pahlawan, motivator, karismatik bahkan dewa yang hanya duduk dan memantau. Semua ini adalah karakter baru yang diproduksi oleh generasi instan ini. Dengan sok kedermawanannya dan sok tau segalanya tanpa membaca dan tak punya landasan yang jelas dst.
Jika dikatakan bahwa mereka adalah korban dari perkembangan sebelumya, sayangnya sebenarnya tidak karena mereka sendiri tidak ada rasa ingin tahu, bahkan arogansi. Seperti perkumpulan orang-orang arogan yang mengejar program kerja yang telah disepakati pada saat sidang paripurna, dan orang-orang ini merasa seperti pahlawan selama mereka masih bergelut di dalamnya bahkan yang sudah melewatinya.
Jika masalahnya seperti ini, maka sebenarnya apa yang diperjuangkan oleh mahasiswa sekarang dan apa yang ingin dicapai dari semua itu?.
Terlepas dari semua aturan dan kebijakan yang suda ditetapkan di dalam dunia pendidik dengan segala bentuk anggaran dan biaya yang dialokasikan untuk bagaimana memenuhi persyaratan supaya dapat beroperasi sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab yang semestinya, kampus sebagai penanggung jawab penuh atas mahasiswa juga tidak mampu untuk bagaimana menggiring dan memberikan fasilitas yang layak dan memadai gunah merangsang keingintahuan mahasiswa agar supaya berkembang secara kritis dan intelektual untuk bisa menjadi produk kampus yang berkualitas kedepannya.
"Setelah perkembangan liberalisasi pendidikan kampus bukan lagi tempat atau sekolah yang serius untuk memanusiakan manusia,tetapi kampus sudah menjadi ajang bisnis yang dimainkan oleh para pebisnis dengan membangun kampus untuk mendapatkan keuntungan.
Tetapi setelah berbagai macam perkembangan yang terjadi, kampus malah ingin mengambil keuntungan dari apa yang semestinya tidak harus ia ambil, seperti menguras mahasiswa lewat regulasi dan aturan baru dan tidak mendukung kegiatan kemahasiswaan pada hal efek dari kegiatan itu adalah mencerminkan nama baik kampus, tidak ada transparansi atau sosialisasi pada mahasiswa dan dalam pembayaran semester pun di naikan per tahun, padahal fasilitas yang diberikan pihak kampus sangatlah tidak memadai sehingga itu terlihat tidak adil, apalagi proses belajar mengajar yang tidak konsisten dan sebagian kurang berkualitas, banyak dosen yang hanya berikan tugas tanpa mengajar dan malas masuk dengan berbagai alasan, mereka hanya menekan mahasiswa lewat tugas-tugas yang dosen sendiri tidak pernah berikan ilmunya dalam proses belajar mengajarnya.
Ini adalah hal serius yang perlu untuk diperbaiki, mahasiswa juga butuh support dan dukungan, terlepas dari itu mahasiswa juga harus paham bahwa "satu satunya yang menolong kita untuk tidak terjepit dan berlama lama di dunia kampus karena keterbatasan ekonomi adalah ilmu dan pengetahuan". Jika mahasiswa mempunyai ilmu dan pengetahuan yang kritis dan berintelektual baik secara organisasi dan akademisi maka sudah pasti tidak ada keraguan bagi mahasiswa untuk menuntut semua haknya dan transparansi anggaran serta segala regulasi yang tidak ada keterbukaan kepada mahasiswa dari pihak kampus agar mahasiswa juga leluasa jika ingin berkegiatan karena tidak perlu menghabiskan tenaga dan waktu hanya untuk menjadi pedagang kaki lima amatiran, tetapi punya banyak waktu untuk belajar berdiskusi dan berorganisasi layaknya seperti pengertian dalam semua materi yang pernah diterima ketika sejak awal mulai bergelut dalam organisasi dengan status mahasiswa, karena terdapat berbagai macam keganjilan dan ketidakterbukaan yang di sembunyikan dari pihak kampus dan kurang mensuport semua aktivitas lembaga kemahasiswaan secara transparan baik yang ada didalamnya maupun fasilitas berupa gedung yang sesuai dengan aktivitas mahasiswa yang berpendidikan maupun fasilitas-fasilitas pendukung lain seperti aktivitas jam malam dst, mahasiswa dapat berekreasi,berinovasi,dan berintegritas baik agar berkualitas dan bermutu.
"Tetapi sayang solusi itu hanya mimpi karena watak mahasiswa sekarang tidak seperti mahasiswa dulu,".
Hal ini bukan hanya disebabkan oleh kampus yang tidak serius dalam menangani kewajibannya sebagai lembaga pendidikan, tetap mahasiswa yang tidak berkualitas tidak kritis tidak berkompeten serta arogansi tak bermutu dan sok berintelektual yang tidak ada buktinya sampai saat ini.
Semua bahasa yang bagus di atas sebagian besar sering digunakan oleh sekelompok mahasiswa untuk ingin bereksistensi tetapi bahasa yang sering digunakan hanya sebagai kalimat atau kata doktrinan yang mereka sendiri tidak paham pelaksanaannya seperti bagaimana karena dasarnya tidak pernah membaca dan belajar sehingga bisanya hanya mendoktrin, secara realitas semua itu hanya semu dan seperti janji para politisi bandit ketika ingin mencalonkan diri sebagai anggota DPR.